4 KEUNIKAN RUSA ENDEMIK BAWEAN
BAWEAN ENDEMIC DEER SANCTUARY
Rusa Bawean (Axis kuhlii) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat 4 (empat) species rusa yang merupakan satwa asli Indonesia, 3 (tiga) species lainnya adalah rusa sambar (Cervus unicolor), rusa timor (Cervus timorensis), dan rusa kijang (Muntiacus muntjak). Rusa Bawean merupakan rusa endemik Indonesia dengan daerah penyebaran terbatas hanya di Pulau Bawean. Rusa Bawean (Axis Kuhlii) merupakan rusa asli Indonesia yang endemik dan terkecil dalam kelompok keluarga rusa yang hanya ada di Pulau Bawean. Kecilnya habitat ini menjadikan Rusa Bawean menjadi Rusa yang terisolir dalam kelompoknya.
BACA JUGA : OPEN TRIP BAWEAN 2023
Rusa Bawean Endangered Species
Rusa bawean / Menjangan Bawean (Bahasa Jawa) merupakan hewan endemic yang hanya ada di pulau bawean. Rusa bawean terlihat unik dan hampir punah serta dilindungi. Status Konservasi Peraturan Indonesia Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Awalnya Rusa Bawean diidentifikasi pada tahun 1845 oleh Muller & Schlegel sebagai Cervus kuhlii. Tahun 1973-1979, PBB melakukan penelitian tentang rusa bawean, menemukan bahwa rusa bawean hampir punah dan harus dilindungi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, habitat Rusa bawean hampir punah dikarenajkan masyarakat lokal sering melakukan perburuan dan penangkapan rusa bawean, untuk dikomsumsi, untuk diambil tanduk dan kulitnya. Dalam catatan International for Conservation of Nature and Natural resources (IUCN) Rusa bawean ditetapkan sebagai hewan hampir punah karena perburuan liar dan fragmentasi habitat. Status internasional : IUCN : EN D ver 2.3 (1994).
Masyarakat lokal yang mempunyai kesadaran akan keseimbangan ekosistem alam dan hewan bawean, Mr. Sudirman, berinisiatif menangkarkan dua ekor rusa di dekat Sungai Solomon dengan modal sendiri. Kemudian, Rusa Bawean di penangkaran terus berkembang sampai saat ini.
Dalam perkembangannya, Mr. Sudirman yang sebelumnya memiliki tanah kosong di sebuah bukit, menanaminya dengan pohon mangga dan pohon salak dengan tujuan suatu saat bisa dijadikan objek wisata. Selanjutnya, seiring dengan berkembang biaknya jumlah rusa bawean di penangkaran, Mr. Sudirman memindahkan rusa-rusa nya ke bukit yang diberi nama kebhun salak.
BACA JUGA : UNIKNYA PULAU BAWEAN
Tahun 1997, Pemerintah daerah membeli aset tanah tersebut dari Mr. Sudirman dan menunjuk orang lokal untuk menjaga dan merawat rusa bawean, sampai saat ini rusa bawean terus berkemabng dan berkembang hingga mencapai jumlah 43 ekor. Jantan 14 ekor, betina 17 ekor, 12 anakan.
Bawean’s deer Diet
Rusa Bawean (Axis kuhlii) aktif pada malam hari (nocturnal). Rusa ini hidup di hutan sekunder, padang rumput (savana), dan hutan jati, makanannya berupa rumput, daun, kulit tumbuhan dan buah-buahan yang jatuh. Lama hidup rusa bawean dapat mencapai 40 tahun. Sedangkan masa hidup Rusa Bawean di penangkaran sekitar 11 tahun 6 bulan. Kehidupan sosial hewan jantan lebih mengarah pada kehidupan soliter sedangkan yang betina masih memungkinkan untuk membentuk suatu kelompok kecil, antara dua hingga tiga ekor dalam home rangenya. Anggota kelompok ini umumnya terdiri dari induk dan anak yang baru lahir atau induk dan anak yang baru lahir serta anak dari tahun terdahulu.
Di alam bebas, Rusa bawean memakan rumput rumput menjalar di sekitar semak belukar, sementara di dalam penangkaran, penjaga mencoba untuk mengubah jenis rumput menjalar menjadi rumput ilalang karena sulitnya mencari rumput menjalar di sekitar penangkaran.
Bawean’s deer Gestational Period
Kehidupan sosial ini merupakan suatu fungsi dari ketersediaan hijauan dan penginderaan predator. Namun disaat musim kawin tiba, maka pejantan akan turun kedaerah padangan yang padat dengan betina atau aktif mencari betina berahi.
Bawean’s deer Charachteristic
Rusa bawean terlihat unik, terlihat dari fisiknya dimana kaki depan lebih pendek dari kaki belakang sehingga terlihat membungkuk ketika berjalan. Kecepatannya dalam berlari bisa mencapai 40 Km Per/jam. Rusa bawean jantan mempunyai tanduk dan tiap tanduknya maksimal hanya bercabang tiga saja. Tanduk Rusa Bawean bisa patah sendiri. Rusa Bawean dicirikan dengan tubuhnya yang ditutupi rambut, tetapi tidak terdapat rambut terurai pada tenggorokan atau leher. Warna tubuh bagian punggung dan perut sama.
rusa bawean adalah jenis rusa yang terkecil dengan tinggi badan 60 – 70 cm, panjang badan 105 – 115 cm, dan berat badannya ± 50 Kg. Selain itu ciri istimewa lainnya adalah adanya gigi taring pada rahang bawahnya. Sedangkan pada rahang atas tidak terdapat gigi seri dan gigi taring. Panjang ekor berkisar 20 cm berwarna cokelat dan keputihan di lipatan bagian dalamnya.
Rambut pada tubuh rusa bawean berwarna cokelat dan pendek kecuali bagian leher dan sekitar mata berwarna putih terang, pada daerah sekitar mulut berwarna sedikit terang dibanding muka yang dipisahkan oleh garis kehitaman. Bahu bagian depan lebih rendah daripada bagian belakang sehingga terkesan merunduk seperti rusa kijang.
Pada anak rusa sering terdapat totol-totol yang ada dalam waktu yang singkat dan setelah itu menghilang. Selain itu ada sedikit tanda pengenal yang terbatas di daerah kepala dan leher, yaitu berupa jalur terang dengan melingkar di sekitar mata.
Berat Rusa Bawean jantan dewasa mencapai 45 Kg sementara berat rusa bawean betina mencapai K/g. Masa kawin Rusa Bawean yaitu bulan Maret sampai Juni. Rusa bawean merupakan hewan mamalia bisa beranak lebih dari satu. Hidupnya berpencar dan tidak berkelompok.
Rusa Bawean jantan dewasa mempunyai sepasang ranggah bercabang tiga, sedangkan rusa jantan muda ranggahnya belum bercabang. Ranggah mulai tumbuh pada saat rusa berumur 8 bulan. Mula-mula berupa tonjolan disamping dahinya, kemudian memanjang dan tumbuh lengkap pada umur 20-30 bulan.
Selanjutnya ranggah ini akan tanggal dan digantikan oleh sepasang ranggah yang lain dengan satu cabang demikian seterusnya sampai tanduk tersebut lengkap bercabang tiga, yaitu pada saat rusa berumur 7 tahun. P
ada awalnya pertumbuhan ranggah selalu dilapisi kulit tipis berbulu halus yang disebut velvet. Velvet tidak lama menempel pada ranggah karena akan mengering dan mengelupas. Kadang-kadang pelepasan ini dibantu dengan menggosokkannya pada pohon atau benda keras lain. Peristiwa ini terjadi bertepatan dengan permulaan musim kawin.
Axis Kuhlii Life span
Lama hidup rusa bawean dapat mencapai 40 tahun. Sedangkan masa hidup Rusa Bawean di penangkaran sekitar 11 tahun 6 bulan.
Bawean’s Deer Reproduction
Rusa betina dewasa kematangan alat kelamin dicapai antara umur 15-18 bulan. Diantara rusa tropis yang ada, Rusa Bawean memiliki siklus berahi yang terpendek, sekitar 3-4 hari lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya. Musim kawin terjadi sepanjang tahun akan tetapi lebih banyak dijumpai antara bulan Juli – November pada umumnya berakhir bulan Januari.
Kelahiran sekitar bulan Februari-Juni. Masa bunting sekitar 7,5 bulan setelah perkawinan atau 220-235 hari, umumnya anak yang dilahirkan sebanyak dua ekor. Berat lahir pada anak Rusa Bawean adalah antara 1,0-1,5 kg pada yang betina dan 1,5-2,0 kg pada yang jantan – BAWEANIS.COM
(Narrated By Pak Ahkam – Bawean Deer’s Keeper)