PULAU BAWEAN GRESIK – HAL UNIK
Pulau Bawean Gresik merupakan sebuah pulau kecil di provinsi Jawa Timur. Pulau kecil dengan dua kecamatan ini luasnya sekitar 196 kilometer persegi yang bisa dijangkau dengan kapal dan pesawat perintis. Meskipun PULAU BAWEAN di Kabupaten Gresik dalam skala peta Indonesia tampak kecil namun jika Anda EXPLORE tentunya membutuhkan beberapa hari untuk menuntaskannya.
BAWEAN ISLAND GRESIK DAN KEUNIKAN BAHASANYA
Seperti halnya pulau lain di Indonesia, sama seperti nama pulaunya, orang-orang yang mendiami Pulau Bawean disebut dengan Oreng Bhebian (Orang Bawean). Namun sejumlah orang menyebut dengan Suku Bawean. Pulau Bawean terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Setidaknya, ada tiga puluh desa yang tersebar di Pulau Bawean Gresik.
PULAU BAWEAN DI GRESIK KECIL NAN ISTIMEWA
Sekali pun pulau kecil, Pulau Bawean bisa dikatakan istimewa karena mempunyai ragam dialek bahasa lokal yang berbeda. Ketika mendengar orang Bawean berbicara awalnya kita akan mengira mereka berbahasa Madura. Namun, mereka mempunyai bahasa sendiri, yaitu Oca’ Bhebian (Bahasa Bawean) sebagai bahasa pertuturan. Memang secara umum bahasa Bawean mirip dengan bahasa Madura, tetapi apabila kita cermati dan dalami keduanya tetap memiliki perbedaan terutama dalam penggunaan sejumlah kosakata dan gaya berbahasanya.
4 RAGAM DIALEK KEUNIKAN PULAU BAWEAN GRESIK
Uniknya lagi, Perbedaan dialek bahasa bisa kita temukan di beberapa desa yang ada di Bawean. Terdapat empat desa yang memiliki dialek bahasa yang cukup berbeda di Pulau Bawean, yaitu Desa Daun (Sangkapura), Desa Suwari (Sangkapura), Desa Kepuhteluk (Tambak) dan Desa Diponggo (Tambak).
Ragam dialek dari empat desa tersebut tercermin dalam penyebutan kata “saya”. Orang-orang Desa Daun menyebut “saya” dengan kata eson, Desa Suwari menyebutnya ehon. Kemudian, warga Kepuhteluk akan menyebut “saya” dengan kata bule dan warga Diponggo menyebutnya dengan aku.
Variasi dialek ini pun menjadi ciri khas dari masing-masing desa. Oleh karena itu, cukup dengan mendengar dialek yang mereka pakai, orang Bawean lainnya akan dengan mudah mengenali dari desa mana mereka berasal. Yang paling mencolok sebenarnya dialek dari Desa Diponggo di antara dialek-dialek lain dalam bahasa Bawean. Sebagian besar kosakata dalam dialek Diponggo hampir sama dengan bahasa Jawa.
Kosakata bahasa Jawa, seperti de’e, iki, sewu, ayu, saiki, isuk, dan lainnya juga digunakan oleh warga Desa Diponggo. Hal ini terjadi karena kebanyakan warga Diponggo merupakan keturunan orang-orang Jawa. Tidak mengherankan jika kemudian dialek Diponggo sedikit banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa serta cerita rakyat Bawean yang mempengaruhinya.